Arab Saudi, yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz, memberikan respons positif terhadap kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Arab Saudi memuji langkah tersebut sekaligus mendesak Israel untuk mengakhiri penjajahannya di wilayah Palestina.
Sejak perang pecah pada Oktober 2023, Arab Saudi menghentikan pembicaraan mengenai normalisasi hubungan dengan Israel. Hingga kini, negara tersebut terus menyerukan pendirian negara Palestina yang merdeka.
"Kerajaan menekankan pentingnya mematuhi perjanjian dan menghentikan agresi Israel di Gaza," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, dikutip AFP, Kamis (16/1/2025).
Arab Saudi juga mendesak:
- Penarikan penuh pasukan pendudukan Israel dari Jalur Gaza dan semua wilayah Palestina serta Arab lainnya.
- Pengembalian para pengungsi Palestina ke wilayah mereka.
Kesepakatan Gencatan Senjata
Rabu lalu, mediator dari Qatar mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah sepakat pada perjanjian gencatan senjata di Gaza. Gencatan senjata tersebut akan berlaku mulai Minggu, 19 Januari 2025, bersamaan dengan pertukaran sandera dan tahanan.
Langkah Arab Saudi di Forum Internasional
Pada November 2024, Arab Saudi menjadi tuan rumah pertemuan gabungan Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Dalam pertemuan tersebut, Israel dikecam atas tindakan yang dianggap sebagai "genosida" di Gaza.
Selain itu, Arab Saudi dan Prancis dijadwalkan memimpin konferensi pada Juni 2025 mengenai pembentukan negara Palestina.
Konteks Internasional
Gencatan senjata ini akan berlaku sehari sebelum pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, pada 20 Januari 2025. Trump sebelumnya mengancam konsekuensi besar jika perdamaian tidak tercapai.
Pada masa pemerintahannya di tahun 2018, Trump mendorong negara-negara Arab dan Muslim untuk membuka hubungan dengan Israel melalui Abraham Accords.
Social Plugin